Kategori: Kisah Sahabat

Hudzaifah Ibnul Yaman

Hudzaifah Ibnul Yaman “Jika engkau ingin digolongkan kepada Muhajirin, engkau memang Muhajir. Dan jika engkau ingin digolongkan kepada Anshar, engkau memang seorang Anshar. Pilihlah mana yang engkau sukai. ” Itulah kalimat yang diucapkan Rasulullah saw. kepada Hudzaifah Ibnul Yaman, ketika bertemu pertama kali di Mekah. Mengenai pilihan itu, apakah beliau tergolong Muhajirin atau Anshar ada kisah tersendiri bagi Hudzaifah. Al-Yaman, ayah Hudzaifah, adalah orang Mekah dari Bani Abbas. Karena sebuah

Rabi’ah bin Ka’ab

Rabi’ah bin Ka’ab bercerita tentang riwayat hidupnya dalam Islam. Katanya, “Dalam usia muda jiwaku sudah cemerlang dengan cahaya iman. Hati kecilku sudah penuh berisi pengertian dan pemahaman tentang Islam. Pertama kali aku berjumpa dengan Rasulullah saw. aku langsung jatuh cinta kepada beliau dengan seluruh jiwa ragaku. Aku sangat tertarik kepadanya, sehingga aku berpaling kepada beliau seorang dari yang lain. Pada suatu hari hati kecilku berkata, “Hai Rabi’ah! mengapa engkau tidak

Ubay bin Ka’ab

Pada suatu hari Rasulullah saw. menanyainya, “Hai Abul Mundzir, ayat manakah dari kitabullah yang teragung?” Orang itu menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Nabi saw. mengulangi pertanyaannya, “Abul Mundzir, ayat manakah dari kitabullah yang teragung?” Maka ia menjawab, “Allah, tiada tuhan melainkan Ia, Yang Maha Hidup lagi Maha Pengatur.” (Al-Baqarah: 255). Rasulullah saw. pun menepuk dadanya. Dan, dengan rasa bangga yang tercermin pada wajahnya, ia berkata, “Hai Abul Mundzir, selamat

Syaikh Muhammad Al-Munqadir

SYEH Muhammad al-Munqadir terkenal akan kehidupan membujangnya yang sangat lama. Bukan apa-apa, ia sangat miskin. Ia tidak memiliki harta untuk membayar mahar pernikahannya. Bayangkan, ia hanya memiliki pakaian yang melekat di badannya dan sebuah tempat tidur yang usang. Tetapi, ia ridha dan menjalaninya sebagai ujian dari Allah swt. “Terima kasih, ya Allah. Aku masih selalu diberi kesehatan yang membuatku bisa terus-menerus beribadah dan bermunajat kepada-Mu,” doa Syeh Muhammad al-Munqadir suatu

Abul Ash bin Rabi al-Absyami al-Quraisyi

Abul Ash bin Rabi al-Absyami al-Quraisyi, seorang pemuda kaya, tampan-rupawan, mempesona setiap orang yang memandang kepadanya. Dia berkecimpung dalam kenikmatan, dengan status sosial yang tinggi sebagai bangsawan. Dia menjadi model bagi ahli-ahli penunggang kuda bangsa Arab dengan segala persoalannya, kesombongan, ciri-ciri kemanusiaan, kesetiaan, dan kebangsaaan warisan nenek moyang atau turunan. Abul Ash memang mewarisi dari Quraisy bakat dan keterampilan berdagang pada dua musim, yaitu musim dingin dan musim panas. Kendaraannya

Abu Thalhah Al-Anshary

Zaid bin Sahal an-Najjary alias Abu Thalhah mengetahui bahwa perempuan bernama Rumaisha’ binti Milhan an-Najjariyah, alias Ummu Sulaim, hidup menjanda sejak suaminya meninggal. Abu Thalhah sangat gembira mengetahui Ummu Sulaim merupakan perempuan baik-baik, cerdas, dan memiliki sifat-sifat perempuan yang sempurna. Abu Thalhah bertekad hendak melamar Ummu Sulaim segera, sebelum laki-laki lain mendahuluinya. Karena, Abu Thalhah tahu, banyak laki-laki lain yang menginginkan Ummu Sulaim menjadi istrinya. Namun begitu, Abu Thalhah percaya

Ja’far bin Abi Thalib

Di kalangan Bani Abdi Manaf ada lima orang yang sangat mirip dengan Rasulullah saw. sehingga seringkali orang salah menerka. Mereka itu adalah: Abu Sufyan bin Harits bin Abdul Muthallib, anak paman Nabi saw. sekaligus sebagai saudara sesusuannya. Qutsam Ibnul Abbas bin Abdul Muthallib, anak paman Nabi saw. Saib bin Ubaid bin Abdi Yazin bin Hasyim, kakek Syafi’i r.a. Ja’far bin Abi Thalib, yaitu saudara Ali bin Abi Thalib. Hasan bin

Hakim bin Hazam

Sejarah mencatat, dia adalah satu-satunya anak yang lahir dalam Kabah yang agung. Ceritanya sebagai berikut. Pada suatu hari ibunya yang sedang hamil tua masuk ke dalam Kabah bersama rombongan orang-orang sebayanya untuk melihat-lihat Kabah. Hari itu Kabah dibuka untuk umum sesuai dengan ketentuan. Ketika berada dalam Kabah, perut ibu tiba-tiba terasa hendak melahirkan. Dia tidak sanggup lagi berjalan keluar Kabah. Seseorang lalu memberikan tikar kulit kepadanya, dan lahirlah bayi itu

Hindun binti Amr bin Haram, Wanita Pengusung Jenazah

Dalam wacana keislaman baik itu dalam bentuk tulisan, diskusi, seminar, pengajian, dan lain sebagainya kita lebih sering mendengar bahwa para sahabat Nabi dan orang-orang yang memperjuangkan Islam pada waktu itu adalah dari kalangan laki-laki. Padahal jika kita membuka kembali lembaran sejarah Islam, niscaya tidak sedikit wanita mukminah yang turut memperjuangkan Islam. Wanita mukminah merupakan bagian positif yang ikut serta memikul beban dan tanggung jawab dalam memerangi musuh Allah. Salah satu

Abbad bin Bisyr, ahli ibadah yang gagah berani

Sabili No.19 Th.IX Abbad bin Bisyr, adalah seorang sahabat yang tidak asing lagi dalam sejarah dakwah islamiyah. Ia tidak hanya termasuk di antara para ‘abid (ahli ibadah), bertakwa, dan menegakkan shalat setiap malam dengan membaca beberapa juz Al Quran, tapi juga tergolong di kalangan para pahlawan, yang gagah berani, dalam menegakkan kalimat Allah. Tidak hanya itu, ia juga seorang penguasa yang cakap, berbobot, dan dipercaya dalam urusan harta kekayaan kaum