Kategori: Hikmah

Kezuhudan Sayyidah Fatimah AS

Alam Firdaus Rasulullah saw pernah bersabda kepada Sayyidah Fatimah as, “Putriku! Ayahmu dan suamimu bukanlah orang yang miskin. Allah SWT telah memberikan kepadaku semua tanah yang mengandung emas dan perak, tetapi aku memilih sesuatu yang abadi di sisi Allah swt. Putriku! Aku berkata seperti ini supaya kamu tahu bahwa ayahmu mengetahui hakekat dunia. Ketahuilah bahwa kamu juga akan berpaling dari dunia”. Sebelum memasuki pembahasan tentang kezuhudan Sayyidah Fatimah as dalam

Sebenarnya Kita Semua Perlu Doa

Di lembah Makkah yang datar. Sepanjang hari matahari membakar. Pasir-pasir berbisik kepanansan. Fatamorgana meliuk-liuk perlahan. Disanalah, ditanah yang gersang itu, Nabi Ibrahim ‘alaihisalam baru saja meninggalkan istriny, Hajar, bersama bayi kecilnya Ismail. Ia harus pergi atas perintah Allah, meninggalkan keluarganya tercinta. Sebuah ujian yang tidak ringan. Tetapi Ibrahim tidak lantas berkecil rasa. Justru saat itu ia memasrahkan keluarganya kepada Allah, Dzat Yang memeintahkan dirinya untuk beranjak. Ibrahim pun berdoa. “Ya

Dan Tidurlah dengan Tenang

Di Madinah yang tenang, hari itu. Siang berlalu setengah perjalanan. Serombongan orang yang nampak asing berjalan memasuki kota suci Islam kedua itu. Ternyata itu rombongan Hurmuzan, Panglima dan Pangeran Persia yang telah ditaklukkan pasukan Muslim, yang ingin bertemu dengan Amirul Mu’minin Umar bin Khattab. Dengan ditemani Anas bin Malik, Hurmuzan datang dengan kebesaran dan kemegahannya. Dengan diikuti pemuka-pemuka terkenal dan seluruh anggota keluarganya, Hurmuzan memasuki Madinah dengan menampilkan keagungan dan

Hanya Milik Allah

“Barang siapa yang memuliakan Allah, maka Allah akan memuliakannya. Barangsiapa yang menghinakan Allah rnaka Allah akan rnenghinakannya. (Hasan Al Bashri). Saudaraku, semoga kita tidak tertipu oleh kemuliaan duniawi. Karena, kemuliaan itu sesungguhnya hanya datang dari Allah swt. Kemuliaan, tidak datang dari makhluk. Kemuliaan, tidak pernah datang dari harta benda. Kemuliaan, tidak muncul dari banyaknya ilmu. Kemuliaan, juga tidak hadir dari profesi, jabatan dan kedudukan, bagaimanapun tingginya. Kemuliaan, penghormatan, penerimaan terhadap

Antara Usaha dan Pertolongan Allah

Rumah Rasulullah saw sudah dikepung. Sebelas gembong penjahat dari beragam kabilah mendekam di persembunyiannya. Masing-masing siaga dengan senjata terhunus. Mata mereka liar nyaris tak berkedip mengawasi setiap celah yang memungkinkan Rasulullah saw keluar. Dalam situasi yang sangat genting itulah, Rasulullah saw menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempatnya sambil mengenakan selimut yang biasa dipakai beliau. Kemudian, beliau keluar rumahnya tanpa diketahui para pengepungnya. Rasulullah saw langsung menuju rumah

Orang-Orang Surga

Kami terusir lagi. Pemerintah lokal Evosmos sepakat menendang ribuan etnis kami dari daerah juridiksi. Banyak orang menangis. Ini tak ada habisnya. Bertahun-tahun. Berpuluh tahun. Lelah. Tak tahan. Kenapa harus kami yang diperlakukan begini? “Sampai kapan Yunani akan membenci kita?” “Ke mana kita harus pergi?” “Apa salah kami, Pak? Apa salah kami?!” Wajah penguasa tidak sudi berubah. Benci dan terasa makin bengis saja pada kami. Pertanyaan hati dijawab dengan tangan besi.

Kesalahan dan Kebaikan

”Ingatlah olehmu dua perkara, yaitu kesalahanmu kepada orang lain dan kebaikan orang lain kepadamu. Lupakan dua perkara, yaitu kebaikanmu pada orang lain dan kesalahan orang lain kepadamu.” Nasihat ahli hikmah ini, perlu kita jadikan bahan renungan dan introspeksi dalam upaya mencapai pribadi yang ber-akhlakul karimah. Nilai seseorang bukanlah berada pada penampilan dirinya, bukan pula dari jabatan dan harta benda yang telah dikumpulkan. Seseorang dinilai bukan dari kursi yang diduduki, bukan

Jiwa Ksatria

Oleh : Muhbib Abdul Wahab Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa suatu hari Rasul SAW didatangi oleh seseorang yang ingin berkonsultasi. Orang itu bertanya, ”Ya Rasulullah, apa pendapatmu jika ada orang hendak mengambil hartaku?” ”Jangan kau berikan hartamu kepadanya!” ”Bagaimana kalau orang itu akan membunuhku?” ”Lawanlah dia!” ”Bagaimana jika ia benar-benar membunuhku?” ”Engkau mati syahid.” ”Bagaimana jika aku yang membunuhnya?” ”Dia akan masuk neraka,” tegas Rasul. Dialog konsultatif tersebut mengisyaratkan bahwa

Kematian

Kematian adalah sesuatu yang tidak dapat dielakkan oleh manusia. Apa pun cara yang dilakukan, kematian akan tetap menghampirinya. Sekokoh apa pun bangunan yang dibuat, kalau sudah sampai waktunya, kematian pasti datang. Tidak ada cara untuk menghadapinya, selain kepasrahan. Itulah ketentuan yang sudah ditetapkan di setiap pundak manusia. Jadi percuma saja lari dari kematian. Kemana pun larinya dan sejauh apa pun jaraknya, kalau sudah tiba masanya, setiap manusia akan tetap mati.

Antara Usaha dan Pertolongan Allah

Rumah Rasulullah saw sudah dikepung. Sebelas gembong penjahat dari beragam kabilah mendekam di persembunyiannya. Masing-masing siaga dengan senjata terhunus. Mata mereka iar nyaris tak berkedip mengawasi setiap celah yang memungkinkan Rasulullah saw keluar. Dalam situasi yang sangat genting itulah, Rasulullah saw menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempatnya sambil mengenakan selimut yang biasa dipakai beliau. Kemudian, beliau keluar rumahnya tanpa diketahui para pengepungnya. Rasulullah saw langsung menuju rumah