Mulai bab ini, akan dibahas secara detail tentang kedatangan Isa AS yang kedua yang ada dalam sumber-sumber yang layak dipercaya. Sumber pertama dan yang utama adalah Al-Qur’an, kalam Allah yang tidak dapat ditiru, sebagaimana yang diungkapkan dalam Al-Qur’an, “…Tidak ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya…” (al-An’aam: 115). Sumber yang kedua adalah Sunnah Rasulullah terakhir, Muhammad, semoga Allah mencurahkan rahmat kepadanya dan menganugrahinya kedamaian. Al-Qur’an menyediakan informasi yang mendetail tentang tahap-tahap kehidupan Isa AS, termasuk kelahirannya, proses pengangkatannya ke haribaan Allah, kedatangannya yang kali kedua dan kematiannya.
Isa AS, yang hidup 2.000 tahun yang lalu, adalah seorang rasul yang diberkati Allah. Dia mempunyai kedudukan yang tinggi di dunia dan di akhirat, sebagaimana yang dikabarkan oleh Al-Qur’an. Agama yang benar yang dibawanya masih tetap ada sampai sekarang, meskipun hanya sebatas nama. Hal ini disebabkan ajaran orisinal yang disampaikan oleh Isa AS telah dirusak sekarang ini. Kitab yang Allah turunkan kepada Isa AS juga hanya tinggal nama di masa sekarang ini. Kini, teks orisinal kitab ini tidak ada lagi. Sumber-sumber yang dimiliki umat Nasrani telah mengalami berbagai perubahan dan distorsi. Konsekuensinya, kita tidak mungkin mendapatkan pengetahuan yang benar tentang Isa AS dari sumber-sumber yang dimiliki umat Nasrani pada masa sekarang ini.
Hanya ada dua sumber yang dapat memberikan pengetahuan yang akurat tentang Isa AS, yaitu Al-Qur’an, kitab Allah yang Dia jamin tidak akan berubah hingga hari kiamat kelak, dan Sunnah Rasulullah SAW. Dalam Al-Qur’an, Allah memberikan catatan tentang kelahiran dan kehidupan Isa AS, beberapa insiden yang dialaminya semasa hidup, orang-orang di sekelilingnya dan banyak bahasan lain yang berhubungan dengannya. Selain itu, ayat-ayat Al-Qur’an mengabarkan kepada kita tentang kehidupan Maryam sebelum ia melahirkan Isa AS, bagaimana ia mengandung dengan cara yang menakjubkan, dan reaksi orang-orang yang ada di sekelilingnya terhadap kejadian yang menimpanya. Allah juga memberikan kabar bahagia tentang Isa AS akan datang ke bumi selama beberapa saat di akhir zaman nanti. Dalam bab ini, Anda akan menemukan beberapa informasi yang diberikan oleh Al-Qur’an tentang Isa AS.
Kelahiran Maryam dan Bagaimana Ia Berkembang
Maryam, yang telah terpilih untuk melahirkan Isa (Isa a.s.), terlahir pada saat terjadinya kekacauan, yaitu ketika Bani Israel mengharapkan sekali kedatangan Sang Messiah. Tanpa menyadari dirinya menjadi pusat pengharapan, Maryam secara khusus telah dipilih Allah untuk menerima tugas yang mahamulia ini dan sekaligus menjalaninya. Maryam berasal dari sebuah keluarga yang mulia, keluarga Imran. Allah telah melebihkan keluarga ini di atas seluruh umat manusia.
Seluruh anggota keluarga Imran terkenal mempunyai keimanan yang tinggi kepada Allah. Mereka berpaling kepada Allah dalam melakukan segala bentuk kebajikan dan dengan sangat cermat mematuhi semua perintah-Nya. Pada saat istri Imran mengetahui bahwa dirinya sedang mengandung, ia segera berpaling kepada Sang Penciptanya dan berdo’a, dan ia mempersembahkan apa yang ada dalam rahimnya untuk menjadi “pelayan Allah”. Allah memberikan sebuah catatan dalam Al-Qur’an:
(Ingatlah) ketika istri Imran berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dariku. Sesungguhnya, Engkaulah yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Maka tatkala Istri Imran melahirkan anaknya dia pun berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkan seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya, aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada pemeliharaan Engkau dari setan yang terkutuk.” (Surat Ali Imran: 35-36)
Ketika Maryam lahir, Istri Imran tetap hanya mencari keridhaan Allah. Ia berpaling kepada Allah dan mendo’akan Maryam serta keturunannya di bawah perlindungan Allah dari godaan setan yang terkutuk. Dikarenakan keikhlasan dan do’anya, Allah menganugrahkan pada Maryam sifat-sifat yang mulia. Dalam Al-Qur’an Allah menerangkan bagaimana Maryam tumbuh dan berkembang dalam perlindungan dan perawatan-Nya yang amat cermat. “Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik…” (Surat Ali Imran: 37) Zakariya menjadi pelindung Maryam. Selama Maryam berada bersamanya, ia menyadari bahwa Maryam telah dianugrahi sifat-sifat yang luar biasa. Terlebih Allah memberikannya banyak kenikmatan “tanpa perhitungan”:
…Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata, “Hai Maryam dari mana engkau memperoleh (makanan) ini?” Mayam menjawab, “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya, Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (Surat Ali Imran: 37)
Sebagaimana Allah telah memilih keluarga Imran, Dia juga memilih Maryam, seorang anggota keluarga Imran dan memberikan karunia yang luar biasa. Allah menyucikan Maryam dan telah melebihkan dari seluruh wanita pada masanya. Sifat-sifat yang dimilikinya tertulis dalam Al-Qur’an:
Dan (ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata, “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang ada di masa kamu). Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’.” (Surat Ali Imran: 42-43)
Dalam masyarakat di mana ia tinggal, Maryam telah menjadi seorang yang terkenal mempunyai loyalitas dan keikhlasan terhadap Allah. Khususnya, ia dikenal sebagai seorang wanita “yang menjaga kehormatannya”. Dalam surah at-Tahariim, kita dapat menemukan sebuah catatan:
Dan (ingatlah) Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari (roh) ciptaan Kami; dan Dia membenarkan kalimat Tuhannya dan kitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat. (Surat at-Tahriim: 12)