Tahun: 2003

Abbad bin Bisyr, ahli ibadah yang gagah berani

Sabili No.19 Th.IX Abbad bin Bisyr, adalah seorang sahabat yang tidak asing lagi dalam sejarah dakwah islamiyah. Ia tidak hanya termasuk di antara para ‘abid (ahli ibadah), bertakwa, dan menegakkan shalat setiap malam dengan membaca beberapa juz Al Quran, tapi juga tergolong di kalangan para pahlawan, yang gagah berani, dalam menegakkan kalimat Allah. Tidak hanya itu, ia juga seorang penguasa yang cakap, berbobot, dan dipercaya dalam urusan harta kekayaan kaum

Abdullah bin Zubeir

Isu bahwa kaum muslimin tidak akan bisa melahirkan bayi karena telah diteluh oleh dukun-dukun Yahudi di Madinah, terjawab sudah. Seorang wanita mulia putri As Siddiq telah melahirkan kandungannya ketika beliau sedang hijrah dari Makkah ke Madinah menyusul teman-temannya seaqidah. Beliau tidak lain adalah Asma` binti Abi Bakar yang melahirkan bayi laki-laki-laki-laki di Quba` dan diberi nama Abdullah. Sebelum disusui Abdullah bin Zubeir dibawa menghadap Nabi SAW dan ditahniq dan didoa`kan

Abu Dzar al-Ghifary

Meski tak sepopuler sahabat-sahabat besar seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali, namun sosoknya tak dapat dilepaskan sebagai tokoh yang paling giat menerapkan prinsip egaliter, kesetaraan dalam hal membelanjakan harta di jalan Allah. Ditentangnya semua orang yang cenderung memupuk harta untuk kepentingan pribadi, termasuk sahabat-sahabatnya sendiri. Di masa Khalifah Utsman, pendapat kerasnya tentang gejala nepotisme dan penumpukan harta yang terjadi di kalangan Quraisy membuat ia dikecam banyak pihak. Sikap serupa

Dhihya bin al-Kalabi, penyeru kaisar Romawi

Sabili No.16 Th.IX Islam, sejak dikumandangkan pertama kali oleh Rasulullah, pelan tapi pasti kian berkembang dan diakui. Untuk memperluas dakwah Islamiyah, Rasulullah SAW mengirim surat ke beberapa raja Arab dan non-Arab. Di antara raja yang mendapat seruan secara tulisan itu adalah Heraklius, kaisar Romawi. Untuk mengemban amanat ini, beliau mengutus Dhihya bin Khalifah Al-Kalabi. Setelah melakukan perjalanan cukup panjang akhirnya Dhihya tiba di istana raja Romawi. Surat Rasulullah langsung dibaca

Saad bin Abi Waqash

Diantara dua pilihan. Itulah mungkin kata yang tepat mewakili awal kisah dari Sa’ad bin Malik za-Zuhri alias Sa’ad bin Abi Waqash. Ini bukan cerita sinetron teve yang selalu mengandung materialistik, ini adalah sebuah kisah tentang seorang sahabat yang pada masa Rasulullah Saw., dikenal sebagai prajurit pilihan. Menurut Sa’ad bin Abi Waqqash, mencintai orang tua bukan berarti harus mengorbankan prinsip hidup. Itu dilakukannya saat dia telah menerima Islam yang diajarkan oleh

Salman al-Faritsi

Salman berasal dari desa Ji di Isfahan, Persia. Ia adalah anak kesayangan ayahnya, seorang bupati di daerah itu. Salman mulanya adalah penganut Majusi yang taat hingga ia diserahi tugas sebagai penjaga api. Suatu saat ia melewati sebuah gereja Nashrani yang sedang mengadakan sembahyang. Setelah masuk dan memperhatikan apa yang mereka kerjakan, Salman menjadi kagum. Ia pun bertanya tentang asal agama mereka yang ternyata berasal dari Syria. Salman mennceritakan hal ini

Ummu Habibah binti Abu Shofyan

‘Ketika Abu Sofyan berkunjung ke Madinah, ia ke rumah putrinya Ummu Habibah. Saat ia hendak duduk di atas tilam itu. Sang ayah menegur : ‘Wahai putriku, mengapa kau larang aku duduk di tilam itu?’ Ia menjawab: ‘Maaf tilam ini milik Rasululloh, sedang anda seorang musyrik. Dan saya tidak ingin seorang musyrik duduk di atasnya’. (Ibnu Ishaq dalam Sirah Nabawiyah). Abi Sofyan pemimpin Quraisy yang perkasa mengawinkan putrinya , Ramlah binti

Ummu Syariek, ketegaran mengalahkan kebodohan

“Sejak memeluk Islam gelora semangat Tufail pemimpin suku ad-Dausy untuk berdakwah pada kaumnya makin tak terbendung. Mula-mula pada istrinya, ia lansung menyodok ” dengarkanlah….. mulai detik ini engkau bukan milikku dan aku bukan milikmu.” “Mengapa demikian wahai suamiku?” Islam telah membedakan aku dan engkau! “Tidak…sebab agamamu adalah agamaku!” jawab sang isteri mantap. Seruan dakwah Tufail, disambut dingin. Kecuali oleh dua orang, Abu Hurairoh dan Abul Akr, yang menyambut hangat Abul

Zaid bin Tsabit, sekretaris pribadi Rasulullah

Di usia 13 tahun, Zaid Bin Tsabit datang menemui Rasulullah Muhammad SAW. Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi tinggi badannya. Tanpa rasa takut dan dengan penuh percaya diri pemuda kecil itu memohon kepada rasulullah agar diijinkan ikut berperang. “Saya bersedia syahid untuk anda wahai rasulullah. Ijinkan saya pergi berjihad bersama anda untuk memerangi musuh-musuh Allah, dibawah panji-panji anda,” ucapnya dengan tegas. Rasulullah tertegun mendengar permintaan itu. Dengan penuh rasa

Zaidul Khair, memiliki 2 karakter yang disukai Allah

Sabili No.18 Th.IX Manusia bagai barang tambang. Mereka yang terbaik pada masa Jahiliyah, terbaik pula pada masa Islam. Milikilah dua karakter yang telah ditetapkan oleh seorang sahabat pada masa Jahiliyah, kemudian ditonjolkan pula pada masa Islam. Sahabat tersebut pada masa Jahiliyah dipanggil Zaid Al-Khail dan pada masa Islam dipanggil oleh Rasulullah SAW sebagai Zaid Al-Khair. Suatu ketika di masa Jahiliyah, Zaid Al-Khail menggembalakan unta-unta milik saudara perempuannya. Jumlahnya kira-kira seratus